Keperawananku di renggut Guru Private (Lesbi)

0 komentar Posted by ,
www.zonajudi.com

Kecantikanku menjadi sebuah petaka bagi diriku sendiri, berulang kali tubuhku di jamah dan nyaris di perkosa oleh orang-orang di sekelilingku

djalidoank -Siapa juga yang tak suka dgn wajah cantik, setiap wanita pasti mendambakannya. Kecantikan memang sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Dengan wajah yang cantik segalanya akan menjadi mudah, dalam hal pekerjaan maupun dalam mencari pasangan hidup. Namun apa daya wajah cantik itu membawa bencana, seperti apa yang akan kau ceritakan dalam cerita dewasa berikut ini.

Aku memang tak sepenuhnya mengharapkan kecantikan seperti yang kumiliki saat ini. Aku juga tidak pernah menghendaki tinggi badan 168 centimeter dengan berat 53 kilogram. Tidak juga kulit putih merona dengan dada ukuran 36B. Tidak! Sungguh, semua itu justru membawa bencana bagiku.

Bagaimana tidak bencana. Karena postur tubuh dan wajah yang bisa dinilai delapan, aku beberapa kali mengalami percobaan pemerkosaan. Paling awal ketika aku masih duduk di bangku SMP kelas tiga. Aku hampir saja diperkosa oleh salah seorang murid laki-laki di Toilet. Murid laki-laki yang ternyata seorang alkoholik itu kemudian dikeluarkan secara tidak hormat dari sekolah. Tapi akupun akhirnya pindah sekolah karena masih trauma.

Di sekolah yang baru pun aku tak bisa tenang karena salah seorang satpamnya sering menjahilin aku. Kadang menggoda-goda, bahkan pernah sampai menyingkap rokku ke atas dari belakang. Sampai pada puncaknya, aku digiring ke gudang sekolah dengan alasan dipanggil oleh salah seorang guru. Untung saja waktu itu seorang temanku tahu gelagat tak beres yang tampak dari si Satpam brengsek itu. Ia dan beberapa teman lain segera memanggil guru-guru ketika aku sudah mulai terpojok. Aku selamat dan satpam itu meringkuk sebulan di Hotel Prodeo.

Dua kali menjadi korban percobaan pemerkosaan, orang tuaku segera mengadakan upacara ruwatan. Walaupun papa mamaku bukan orang Jawa tasli (Tionghoa), tapi mereka percaya bahwa upacara ruwatan bisa menolak bahaya.

Selama dua tahun aku baik-baik saja. Tak ada lagi kejadian percobaan pemerkosaan atas diriku. Hanya kalau colak-colek sih memang masih sering terjadi, tapi selama masih sopan tak apalah. Tapi ketika aku duduk di bangku kelas tiga SMU. Kejadian itu terulang lagi. Teman sekelasku mengajakku berdugem ria ke diskotik. Aku pikir tak apalah sekali-kali, biar nggak kuper. Ini kan Jakarta, pikirku saat itu. Aku memang tak ikut minum-minum yang berbau alkohol, tapi aku tak tahu kalau jus jeruk yang aku pesan telah dimasuki obat tidur oleh temanku itu. Waktu dia menyeretku ke mobilnya aku masih sedikit ingat. Waktu dia memaksa menciumku aku juga masih ingat. Lalu dengan segala kekuatan yang tersisa aku berusaha berontak dan menjerit-jerit minta tolong. Aku kembali beruntung karena suara teriakanku terdengar oleh security diskotik yang kemudian datang menolongku.

Sejak itu aku merasa tak betah tinggal di Ibu Kota. Akhirnya aku segera dipindahkan ke Semarang, tinggal bersama keluarga tanteku sambil terus melanjutkan sekolah. Awalnya ketenangan mulai mendatangiku. Hidupku berjalan secara wajar lurus teratur. Tanpa ada gangguan yang berarti, apalagi gangguan kejiwaan tentang trauma perkosaan. Aku sibuk sekolah dan juga ikutan les privat bahasa Inggris.

Tapi memasuki bulan kelima peristiwa itu benar-benar terjadi. Aku benar-benar diperkosa. Dan yang lebih kelewat batas. Bukannya lelaki yang memperkosaku, tapi wanita. Yah, aku diperkosa seorang Lesbian!! Dan lebih menyakitkan, yang melakukannya adalah guru privatku sendiri. Namanya Catherin. Umurnya 25 tahun, tujuh tahun diatasku. Ia orang Inggris yang sudah tujuh tahun menetap di Indonesia. Jadi Catherin, begitu aku memanggilnya, cukup fasih berbahasa Indonesia. Cath tinggal tak sampai satu kilometer dari tempatku tinggal. Aku cukup berjalan kaki jika ingin ke rumah kontrakannya.

Kejadian itu bermula pada saat aku datang untuk les privat ke tempat Cath. Kadangkala aku memang datang ke tempat Cath kalau aku bosan belajar di rumahku sendiri, itupun kami lakukan dengan janjian dulu. Sebelum kejadian itu aku tidak pernah berpikiran macam-macam ataupun curiga kepada Cath. Sama sekali tidak! Memang pernah aku menangkap basah Cath yang memandangi dadaku lekat-lekat, pernah juga dia menepuk pantatku. Tapi aku kira itu hanya sekedar iseng saja.

Siang itu aku pergi ke tempat Cath. Ditengah jalan tiba-tiba hujan deras. Aku yang tak bawa payung berlari-lari menembus hujan. Deras sekali hujan itu sampai-sampai aku benar-benar basah kuyup. Sampai di rumah Cath dia sudah menyongsong kedatanganku. Heran aku karena Cath masih mengenakan daster tipis tak bermotif alias polos. Sehingga apa yang tersimpan di balik daster itu terlihat cukup membayang. Lebih heran lagi karena Cath menyongsongku sampai ikut berhujan-hujan.

“Aduh Lusi, kehujanan yah? Sampai basah begini..” sambutnya dengan logat Britishnya.
“Cath, kenapa kamu juga ikut-ikutan hujan-hujanan sih, jadi sama-sama basah kan.”
“Nggak apa-apa nanti saya temani you sama-sama mengeringkan badan.”

Kami masuk lewat pintu garasi. Cath mengunci pintu garasi, aku tak menaruh kecurigaan sama sekali. Bahkan ketika aku diajaknya ke kamar mandinya, aku juga tak punya rasa curiga. Kamar mandi itu cukup luas dengan perabotan yang mahal, walau tak semahal milik tanteku. Di depanku nampak cermin lebar dan besar sehingga tubuh setiap orang yang bercermin kelihatan utuh.

“Ini handuknya, buka saja pakaian u. Aku ambilkan baju kering, nanti you masuk angin.”
Jude keluar untuk mengambil baju kering. Aku segera melepas semua pakaianku, kecuali CD dan BH lalu memasukkannya ke tempat pakaian kotor di sudut ruangan.

“Ini pakaiannya,”
Aku terperanjat. Cath menyerahkan baju kering itu tapi tubuh Cath sama sekali tak memakai selembar kain pun. Aku tak berani menutup muka karena takut Cath tersinggung. Tapi aku juga tak berani menatap payudara Cath yang besar banget. Kira-kira sebesar semangka dan nampak ranum banget, tanda ingin segera dipetik. Berani taruhan, milik Cath nggak kalah sama milik si superstar Pamela Anderson.

“Lho kenapa tidak you lepas semuanya?” tanya Cath tanpa peduli akan rasa heranku.
“Cath, kenapa kamu nggak pakai baju kayak gitu sih?”
Cath hanya tersenyum nakal sambil sekali-sekali memandang ke arah dadaku yang terpantul di cermin. Kemudian Cath melangkah ke arahku. Aku jadi was-was, tapi aku takut. Aku kembali teringat pada peristiwa percobaan pemerkosaanku.

Cathe berdiri tegak di belakangku dengan senyum mengembang di bibir tipisnya. Jemarinya yang lentik mulai meraba-raba mengerayangi pundakku.
“Cath! Apa-apaan sih, geli tahu!”
Aku menepis tangannya yang mulai menjalar ke depan. Tapi secepat kilat Cath menempelkan pistol di leherku. Aku kaget banget, tak percaya Cath akan melakukan itu kepadaku.

“Cath, jangan main-main!” aku mulai terisak ketakutan.
“It’s gun, Lus dan saya tak sedang main-main. Aku ingin U nurut saja sama aku punya mau.” Ujar Cath mendesis-desis di telinga.
“Maumu apa Cath?”
“Aku mau sama ini.. ini juga ha..ha..”
“Auh..”
Seketika aku menjerit ketika Cath menyambar payudaraku kemudian meremas kemaluanku dengan kanan kirinya. Tahulah aku kalau sebenarnya Cath itu sakit, pikirannya nggak waras khususnya jiwa sex-nya. Buah dadaku masih terasa sakit karena disambar jemari Cathe. Aku harus berusaha menenangkan Cath.
“Cath ingat dong, aku ini Lusi. Please, lepaskan aku..”
“Oh.. baby, aku bergairah sekali sama you.. oh.. ikut saja mau aku, yah..” Cath mendesah-desah sambil menggosok-gosokkan kewanitaannya di pantatku. Sedangkan buah dadanya sudah sejak tadi menempel hangat di punggungku. Matanya menyipit menahan gelegak birahinya.

“Cath, jangan dong, jangan aku..”
Muka Cath merah padam, matanya seketika terbelalak marah. Nampaknya ia mulai tersinggung atas penolakanku. Ujung pistol itu makin melekat di dekat urat-urat leherku.

“You can choose, play with me or.. you dead!”
Aah.. Dadaku serasa sesak. Aku tak bisa bernafas, apalagi berfikir tenang. Tak kusangka ternyata Cath orang yang berbahaya.
“Okey, okey Cath, do what do you want. Tapi tolong, jangan sakiti aku please..” rintihku membuat Cath tertawa penuh kemenangan.

Wajah wanita yang sebenarnya mirip dengan Lacie Heart itu semakin nampak cantik ketika kulit pipinya merah merona. Cath meletakkan pistolnya di atas meja. Kemudian dia mulai menggerayangiku.

Cath mulai mencumbui pundakku. Merinding tubuhku ketika merasakan nafasnya menyembur hangat di sekitar leherku, apalagi tangannya menjalar mengusap-usap perutku. Udara dingin karena CD dan BHku yang basah membuatku semakin merinding.

Jemari Cath yang semula merambat di sekitar perut kini naik dan semakin naik. Dia singkapkan begitu saja BH ku hingga kedua bukit kembarku itu lolos begitu saja dari kain tipis itu. Setiap sentuhan Cath tanpa sadar aku resapi, jiwaku goyah ketika jari-jari haus itu mengusap-usap dengan lembut. Aku tak tahu kalau saat itu Cath tersenyum menang ketika melihatku menikmati setiap sentuhannya dengan mata tertutup.

“Ah.. ehg.. gimana baby sweety, asyik?” kata Cath sambil meremas-remas kedua buah dadaku.
“Engh..” hanya itu yang bisa aku jawab. Deburan birahiku mulai terpancing.
“Engh..” aku mendongak-dongak ketika kedua puting susuku diplintir oleh “Carh..ohh..”

Aku tak tahan lagi kakiku yang sejak tadi lemas kini tak bisa menyangga tubuhku. Akupun terjatuh ke lantai kamar mandi yang dingin. Cath langsung saja menubrukku setelah sebelumnya melucuti BH dan CDku. Kini kami sama-sama telah telanjang bagai bayi yang baru lahir.

“You cantik banget Lus, ehgh..” Cath melumat bibirku dengan binal.
“Balaslah Lus, hisaplah bibirku.”
Aku balas menghisapnya, balas menggigit-gigit kecil bibir Cath. Terasa enak dan berbau wangi. Cath menuntun tanganku agar menyentuh buah dadanya yang verry verry montok. Dengan sedikit gemetar aku memegang buah dadanya lalu meremas-remasnya.

“Ah.. ugh.. Lus, oh..” Cath mendesis merasakan kenikmatan remasan tanganku. Begitupun aku, meletup-letup gairahku ketika ia kembali meremas dan memelintir kedua bukit kembarku.
“Teruslah lus, terus ..”
Lalu ia melepaskan ciumannya dari bibirku.
“Agh.. Oh.. Cathhh..”
Aku terpekik ketika ternyata ia mengalihkan cumbuannya pada buah dadaku secara bergantian. Buah dadaku rasanya mau meledak.
“Ehg.. No!!” teriakku ketika jemari Cath menelusuri daerah kewanitaanku yang berbulu lebat.
“Come on Girl, enjoy this game. Ini masih pemanasan honey..”

Pemanasan dia bilang? Lendir Vagina ku sudah mengucur deras dia bilang masih pemanasan. Rasanya sudah capek, tapi aku tak berani menolak. Aku hanya bisa pasrah menjadi pemuas nafsu. Walau aku akui kalau game ini melambungkan jiwaku ke awang-awang.

Ia merebahkan diri sambil merenggangkan kedua pahanya. Bukit kemaluannya nampak jelas di pangkal paha. Plontos licin. Lalu ia memintaku untuk mencumbui vaginanya. Mulanya aku jijik, tapi karena Cath mendorong kepalaku masuk ke selakangannya akupun segera menciumi kewanitaan nya. Aroma wangi menyebar di sekitar goa itu. Lama kelamaan aku menciuminya penuh nafsu, bahkan makin lama aku makin berani menjilatinya. Juga mempermainkan klitorisnya yang mungil dan mengemaskan.
“Ahh.. uegh..” teriak nya sedikit mengejang.
Lalu beberapa kali goa itu menyemburkan lendir berbau harum.
“Lus, hisap Lus.. please..” rengek Cath.
Sroop.. tandas sudah aku hisap lendir asin itu.
Suur.. kini ganti vaginaku yang kembali menyemburkan lendir kawin.
“Cath aku keluar..” ujarku kepada Cath.
“Oya?” ia segera mendorongku merebah di lantai. Lalu kepalanya segela menyusup ke sela-sela selakanganku.

Gadis bule itu menjilati lendir-lendir yang berserakan di berbagai belantara yang tumbuh di goa milikku. Aku bergelinjangan menahan segala keindahan yang ada. Cath pandai sekali memainkan lidahnya. Menyusuri dinding-dinding vaginaku yang masih perawan.
“Aaah..” kugigit bibirku kuat kuat ketika ia menghisap klitoris ku, lendir ku pun kembali menyembur dan dengan penuh nafsu ia menghisapinya kembali.
“Mmm.. delicious taste.” Gumamnya.
Cath segera memasukkan batang dildo yang aku tak tahu dari mana asalnya ke dalam lubang Vaginaku.

“Ahh..!! Cath sakit..”
“Tahan Honey.. nanti juga enak..”
Cath terus saja memaksakan dildo itu masuk ke Vaginaku. Walaupun perih sekali akhirnya dildo itu terbenam juga ke dalam Vaginaku. Ia menggoyang-goyangkan batang dildo itu seirama. Antara perih dan nikmat yang aku rasakan. Cath semakin keras mengocok-ngocok batang dildo itu. Tiba-tiba tubuhku mengejang, nafasku bagai hilang. Dan sekali lagi lendir Vaginaku keluar tapi kali ini disertai dengan darah. Setelah itu tubuhku pun melemas.

Air mataku meleleh, aku yakin perawanku telah hilang. Aku sudah tak pedulikan lagi sekelilingku. Sayup-sayup masih kudengar suara erangan nya yang masih memuaskan dirinya sendiri. Aku sudah lelah, lelah lahir batin. Hingga akhirnya yang kutemui hanya ruang gelap.

Esoknya aku terbangun diatas rajang besi yang asing bagiku. Disampingku selembar surat tergeletak dan beberapa lembar seratus ribuan. Ternyata ia meninggalkannya sebelum pergi. Dia tulis dalam suratnya permintaan maafnya atas kejadian kemarin sore.
====================================================================
SBOBET AGEN RESMI TERPERCAYA
Kami adalah Agen Bola online, bagi kalian yang berminat Taruhan Bola di tempat kami karena kami adalah Agen Terpercaya, kami menyediakan bonus dan hadiah yang menarik untuk anda yang ingin bermain Judi Online di tempat kami. Kami juga menyediakan Jadwal Bola, Prediksi Bola dan Prediksi Togel yang up to date. Bila anda berminat silahkan masuk ke situs kami www.zonajudi.com

Related Post :

0 Comments for "Keperawananku di renggut Guru Private (Lesbi)"